Seperti yang telah diumumkan terlebih dahulu, edisi ke-3 ‘Crosscut Asia’ Tokyo International Film Festival (TIFF/TIFFJP) tahun ini meletakkan fokusnya ke film Indonesia. Dengan potensi diversifikasi yang terbentang sepanjang kepulauan yang dikenal sebagai negara Islam toleran, ada ragam tema yang terpilih untuk merefleksikan toleransi itu. 11 film yang terpilih dalam rilis finalnya mengambil rentang panjang dari karya sutradara legendaris Bapak Perfilman Indonesia Usmar Ismail ke sejumlah karya-karya sutradara senior hingga muda dengan keunikan dan ambisi tersendiri. Diantara mereka juga ada showcase dari sutradara wanita yang cukup jarang ada di Indonesia.

©Karuna Pictures
‘Colorful Indonesia’, titel khusus disi ke-3 Crosscut Asia ini akan menayangkan ‘Trilogy of Intimacy’ karya sutradara Teddy Soeriaatmadja yang sudah dikenal ke berbegai festival internasional. Lahir di Jepang tahun 1975, Teddy memulai debutnya lewat sebuah film indie berjudul ‘Culik’. ‘Trilogi of Intimacy’ (Trilogi Keintiman) ini terdiri dari ‘Lovely Man’ (2011), film pemenang Piala Maya 2012 yang juga membuahkan Piala Citra di tahun yang sama untuk mantan aktor remaja Donny Damara yang bertransformasi dalam pencapaian terbaik karirnya sebagai PSK waria yang harus menghadapi konflik dengan putri satu-satunya, seorang wanita Muslim berhijab – di tengah kerasnya kehidupan malam Jakarta. ‘Lovely Man’ merupakan salah satu line up dalam kerjasama TIFF dengan Osaka Asian Film Festival.

©Karuna Pictures
Feature kedua dan ketiga trilogi ini merambah ranah yang lebih sensitif lagi sehingga tidak menjadi konsumsi publik di Indonesia. ‘Something in the Way’ (2013), juga nominee film terbaik Piala Maya 2013 dibintangi oleh Reza Rahadian dan Ratu Felisha dalam cakupan peran berbeda, berkisah soal sopir taksi Muslim taat yang juga pecandu pornografi dan jatuh cinta dengan wanita PSK tetangganya. Keikutsertaan ‘Something in the Way’ merupakan bagian dari kerjasama TIFF dengan Fukuoka Asia International Film Festival. ‘About a Woman’ (2014) yang membawa Tutie Kirana sebagai nominee aktris utama terbaik di Piala Maya 2015 menyorot hubungan wanita Muslim lansia yang diperankannya dengan lelaki pra-remaja yang dibintangi oleh Rendy Ahmad.

©Karuna Pictures
Line up berikutnya adalah ‘Ini Kisah Tiga Dara’ (Three Sassy Sisters) karya sutradara wanita Nia Dinata yang masih ditayangkan di sebagian bioskop Indonesia hingga saat ini. Merupakan inspirasi dari musikal monumental Usmar Ismail tahun 1956 ‘Tiga Dara’, versi baru ini membawa paham-paham emansipasi dan liberalisme seksual wanita di era sekarang. ‘Ini Kisah Tiga Dara’ dibintangi Shanty Paredes, Tara Basro dan pendatang baru Tatyana Akman dengan dukungan aktris legendaris Titiek Puspa.

©KalyanaShiraFilms / SA Films
Mengisi slot ‘International Premiere’ untuk Crosscut Asia: Colorful Indonesia adalah ‘Cado Cado: Doctor 101’ karya Ifa Isfansyah, sutradara terbaik FFI 2011 lewat ‘Sang Penari’ (The Dancer) yang diangkat dari novel komedi best seller karya Ferdiriva Hamzah. Menyorot suka-duka dunia pendidikan co-ass calon dokter diwarnai kisah cinta karakter utamanya, film yang dibintangi Adipati Dolken, Tika Bravani dan Aurelie Moeremans ini baru akan ditayangkan di Indonesia akhir Oktober mendatang.

©CJ E&M
Lantas ada ‘Athirah’ / ‘Emma’’ (Mother) karya Riri Riza dalam slot Japanese Premiere. Film baru yang akan ditayangkan awal bulan depan di Indonesia ini merupakan biopik dari ibu Wakil Presiden Indonesia, Jusuf Kalla. Dibintangi Cut Mini, Christoffer Nelwan dan Jajang C. Noer, karya terbaru Riri setelah box office-hit ‘Ada Apa Dengan Cinta? 2’ juga ditayangkan di Busan International Film Festival tahun ini.

©Miles Films
Sementara ‘Filosofi Kopi’ karya Angga Dwimas Sasongko yang diangkat dari cerpen karya Dewi ‘Dee’ Lestari juga mengisi slot Japanese Premiere. Film rilisan 2015 yang mengisahkan hubungan dua sahabat (diperankan Chicco Jerikho dan Rio Dewanto) di balik sebuah usaha gerai kopi dan tantangan menemukan racikan kopi terenak merupakan karya layar lebar Angga ke-4 setelah memenangkan Piala Citra dan Piala Maya 2014 lewat film ‘Cahaya dari Timur’.

©Visinema Pictures/COCOMARU
Crosscut Asia tahun ini juga menampilkan ‘Fiksi’ (Fiction), film terbaik FFI 2008 karya debut layar lebar sutradara Mouly Surya yang merupakan modern rendition dari dongeng ‘Alice in Wonderland’ ke sebuah thriller gelap tentang cinta. Karya Mouly berikutnya, ‘What They Don’t Talk About When They Talk About Love’ ditayangkan juga di TIFF edisi ke-27 tahun 2014, dan kini ia tengah menyelesaikan ‘Marlina the Murderer in Four Acts’, salah satu film yang dipresentasikan dalam sesi Cinefondation L’Atelier di Cannes tahun ini.

©Cinesurya
Ikut menyorot karya-karya bagus dalam bentuk film pendek, ‘Sendiri, Diana Sendiri’ (Following Diana) karya Kamila Andini (‘The Mirror Never Lies’). putri sutradara Garin Nugroho serta ‘Someone’s Wife in the Boat of Someone’s Husband’ karya Edwin (‘Babi Buta Yang Ingin Terbang’, ‘Postcards from the Zoo’) juga ikut ditayangkan. Keduanya dikenal sebagai sutradara independen dengan prestasi internasional lewat sejumlah film-film mereka.

©babibutafilms
Line up terakhir dari program kerjasama TIFF bersama the Japan Foundation Asia Center ini akan menayangkan karya klasik Usmar Ismail yang tak lekang ditelan zaman. Dalam versi restorasi yang dirilis ulang di bioskop kita secara terbatas tahun 2012, ‘Lewat Djam Malam’ (After the Curfew) merupakan karya monumental beliau yang menunjukkan bahwa di tahun 1954, dengan ide sosial veteran perang yang harus masuk kembali dalam kehidupan sosial di balik masalah-masalah traumatik – seperti juga yang ditampilkan banyak film Hollywood di era ’70-an termasuk ‘Taxi Driver’-nya Martin Scorsese, film Indonesia sebenarnya sudah sangat kaya dari sisi tema.

©image.net
Jadwal lengkap ‘Crosscut Asia: Colorful Indonesia’ akan diumumkan bersama line up lengkap Tokyo International Film Festival ke-29 pada hari Senin, 26 September 2016, dan setiap pemutaran akan dihadiri masing-masing sineas/filmmaker-nya untuk sesi Q&A.