FILOSOFI KOPI 2: BEN & JODY: A SEQUEL THAT EXPLORES MORE
Sutradara: Angga Dwimas Sasongko
Produksi: Visinema Pictures, 13 Entertainment, 2017
Sebagai adaptasi bebas dari cerpen berjudul sama karya Dee Lestari, Filosofi Kopi merupakan sebuah fenomena di industri film kita. Bukan karena hasil box office ataupun semata perolehan awards, tapi lebih dari cara Angga Dwimas Sasongko dan Visinema meramu racikannya sebagai film sekaligus bisnis gerai kopi nyata di bilangan Melawai, Blok M Jakarta yang kini sudah merambah ke Jogja dalam konteks film sebagai kultur pop generasi ini, not to mention webseries Youtube-nya.
Tapi lebih dari itu, satu hal yang lebih spesial dari Filosofi Kopi adalah bentukan karakter dari latar kisah persahabatan sebagai salah satu pengejawantahan filosofi yang dimaksud. Menjadi salah satu character duos paling dikenal dalam sejarah film kita, Ben dan Jody yang diperankan Chicco Jerikho – Rio Dewanto bahkan membentuk typecast terhadap keduanya hingga ke luar film. Jadi agaknya tak ada alasan untuk melanjutkannya ke tahapan berikut, secara sekuel – meski sekarang mulai tumbuh jadi trend, jarang-jarang jadi komoditas pasti di pasar film kita. Pertanyaannya sekarang, sisi mana yang bisa diolah lagi untuk kelanjutannya?
Angga dan skrip yang kembali ditulis Jenny Jusuf, kali ini berkolaborasi dengan Irfan Ramli dan Angga sendiri, berdasar ide bersama plus dua nama yang terpilih dari sayembara user generated idea-nya, Ni Made Frischa Aswarini dan Christian Armantyo, ternyata membawa kelanjutannya bukan lagi ada di seputar coffeeporn namun memilih kekuatan yang sudah terbentuk dari film pertama sebagai dasar paling kuat di sekuel ini. Jelas masih ada bahasan seputar kopi yang dieksplorasi lebih lagi, namun bukan sekedar membuat pemirsanya ingin menikmati seduhan kopi, melainkan aspek-aspek yang lebih kaya dari bidikan alam dan petani kopi hingga ragam kopi nusantara yang membawa set-nya bergerak sampai ke Toraja.
Dua tahun setelah ending Filosofi Kopi di mana Ben (Chicco Jerikho) dan Jody (Rio Dewanto) memutuskan menjual gerai dan berkeliling Indonesia dengan kombi Filosofi Kopi buat membagikan kopi terbaik, mereka akhirnya terbentur pada sebuah kenyataan. Kehilangan Nana (Westny Dj), Aldi (Aufa Assegaf) dan Aga (Muhammad Aga) yang mengundurkan diri dengan alasan masing-masing, mereka menyadari bahwa ini saatnya untuk kembali ke Jakarta dan membangun sebuah mimpi baru yang lebih besar. Namun ini tentu bukan masalah mudah karena idealisme Ben dan kecermatan bisnis Jody, lagi-lagi bukanlah hal yang mudah untuk disatukan. Sementara dua perempuan yang masuk ke dalam kehidupan mereka; Tarra (Luna Maya), seorang investor baru dan Brie (Nadine Alexandra), barista muda, sama-sama menyimpan cerita masa lalu yang membuat konflik di antara Ben & Jody semakin meruncing.
In general, plot itu mungkin terdengar biasa dan melulu kembali ke permasalahan yang sudah kita lihat dalam film pertamanya. Namun cara Jenny-Irfan-Angga menyusun detil-detil plot dan eskalasi konfliknya membuat Filosofi Kopi 2 terasa sangat fresh dalam titik eksplorasinya. Angga, masih salah satu sineas dengan kemampuan storytelling terbaik yang kita miliki lewat film-filmnya, membawa perjalanan kisahnya ke batasan beda dari pendahulunya, tapi tak sekalipun melepas elemen-elemen yang sudah diakrabi pemirsa Filosofi Kopi. Konflik Ben & Jody dari idealisme vs bisnis bahkan wanita, juga sematan latar masa lalu keluarga, menjadi pilar yang kuat untuk pengembangan plot-nya.
Di atas semuanya, sesuai pilihan judulnya, Filosofi Kopi 2 menjadi eksplorasi kisah persahabatan Ben & Jody yang lebih kaya – bersama pilihan theme song Sahabat Sejati milik Sheila on 7 yang kini direndisi oleh Chicco dan Rio sendiri, sambil mengupas aspek-aspek soal kopi bukan hanya tertinggal sekedar penghias, tapi justru muncul lebih dalam hingga ke bahasan lebih soal hakikat petani kopi dan ragam-ragam racikannya. Walau di sejumlah bagian keseimbangannya masih terasa agak terseret ke durasi cukup panjang, ini, dalam sebuah sekuel merupakan persyaratan utama yang tak selalu bahkan jarang-jarang bisa tetap dipadukan dengan kuat. Seringkali, eksplorasi terhadap elemen-elemen dasarnya membuat sebuah sekuel terasa tak mampu bergerak jauh, sementara sebagian lagi malah memilih ranah baru yang meninggalkan kekuatan yang ada pada predesesornya.
Memerankan Ben & Jody, Chicco Jerikho dan Rio Dewanto tetap menjadi katalis terkuat racikannya. Chemistry keduanya yang muncul bertambah erat membuat penerjemahan plot dan eskalasi konflik itu tak terasa didramatisir berlebihan sekaligus membuat kita percaya mereka adalah sebenar-benarnya Ben & Jody. Sementara pilihan ke Luna Maya sebagai Tarra dan Nadine Alexandra sebagai Brie berhasil mengiringi keduanya dengan kuat lewat semua relationship setup dari skripnya. Selebihnya adalah para pendukung dan sejumlah cameo dari Landung Simatupang, Tio Pakusadewo, Dayu Wijanto, Joko Anwar, Ernest Prakasa hingga Melissa Karim dan Otig Pakis yang kembali memerankan karakter mereka, yang juga membuat racikan keseluruhannya terasa makin fresh.
Di sisi teknis, Filosofi Kopi 2 juga punya beberapa notable aspect dari sinematografi Roby Taswin dalam menyuguhkan gambar-gambar indah terutama saat set-nya bergerak mengeksplorasi alam dan ragam lansekap daerah, tata artistik dari Benny Lauda dan scoring yang tetap dibesut McAnderson. Selain theme song Sahabat Sejati, pemilihan lagu-lagu pengisi OST-nya; antara lain dari Fourtwnty, Robi Navicula, Banda Neira dan Leanna Rachel juga membuat Filosofi Kopi 2 tetap terasa sebagai sebuah soundtrack-based film yang tak sekedar menyemat lagu buat menghias adegannya, tapi punya jiwa spesial sebagai salah satu bahan utama racikannya. Never get tired exploring more philosophy of friendship, love, family to even nature, Filosofi Kopi 2 comes with a fresh winning taste. A sequel that explores more. (dan)