
©2017 tiff-jp.net
Sebagai satu-satunya festival film di Jepang yang diakreditasi oleh Federasi Produser Internasional (FIAPF), Tokyo International Film Festival (TIFF/TIFFJP) terus berkembang dengan banyak pembaharuan. Kerjasama yang sudah dimulai dengan The Japan Foundation Asia Center sejak 2014 bukan saja dalam pertukaran program tapi juga menjalin hubungan lebih baik antara Jepang dan negara-negara tetangga Asia lewat film secara timbal balik, termasuk mengenalkan talenta-talenta Asia ke dunia internasional lewat TIFF.
Tahun lalu, di TIFF edisi ke-29, kerjasama ini menginisiasi sebuah proyek film yang membawa kolaborasi sutradara-sutradara muda dari Asia Tenggara ke dalam sebuah omnibus berjudul The Asian Three-Fold Mirror: Reflections yang dipertunjukkan dalam segmen Crosscut Asia. Proyek pertama yang melibatkan nama-nama seperti Brillante Ma Mendoza (Filipina), Isao Yukisada (Jepang) dan Sotho Kulikar (Kamboja) itu masih dibawa berkeliling negara-negara Asia hingga saat ini.
Untuk TIFF edisi ke-31 tahun depan, proyek omnibus kolaborasi 3 negara yang bertujuan meningkatkan penemuan, pengertian dan empati antara sesama negara Asia lewat perspektif berbeda dari 3 sutradaranya dalam merefleksikan negara, masyarakat serta kebudayaan masing-masing ini berlanjut ke omnibus ke-2. Tiga sutradara dari Jepang, Indonesia dan China akan mengisi Asian Three-Fold Mirror 2018; Daishi Matsunaga (Jepang), Edwin (Indonesia) dan Degena Yun (China).
Lahir di Tokyo 1974, Daishi Matsunaga memulai karirnya sebagai aktor kemudian menjadi sutradara videoklip dan iklan sebelum melangkah ke serial TV Rescue Fire. Tak lama setelah itu, barulah Matsunaga membuat dokumenter Pyuupiru (2011) yang menembus beberapa festival internasional seperti Rotterdam, Jeonju dan Paris. Film naratif pertamanya, Pieta in the Toilet (2015) adalah sebuah hit, diikuti dokumenter berjudul Ototoki, tentang band rock legendaris Jepang The Yellow Monkey yang juga menjadi salah satu seleksi Busan dan TIFF tahun ini.
Dikenal sebagai sutradara sejumlah film independen/arthouse seperti Babi Buta yang Ingin Terbang (Blind Pig who Wants to Fly) yang meraih hadiah FIPRESCI Rotterdam dan Postcards from the Zoo (Kebun Binatang) yang menjadi nominee Golden Bear Berlinale 2012, Edwin yang sempat menjadi asisten sutradara bagi Riri Riza tahun ini merilis film komersil pertamanya, Posesif, yang menjadi film pertamanya yang dirilis di bioskop.
Sementara Degena Yun adalah sineas yang lahir di Mongolia sebelum akhirnya mempelajari film ke London dan Beijing. Debutnya, Latitude (2012) menjadi nominee di Montreal World Film Festival, diikuti Simple Goodbye (2015) yang memenangkan The Spirit of Asia Award dari The Japan Foundation Asia Center di TIFF ke-28.
Omnibus ini akan diproduseri oleh Satoru Iseki, produser veteran Jepang di balik film-film legendaris seperti Merry Christmas, Mr. Lawrence dan Ran. Setelah itu, Iseki mendirikan Nippon Film Development and Finance di tahun 1991 dan ikut memproduksi film-film internasional seperti Naked Lunch, Howard’s End, Smoke, The Emperor and the Assassin hingga A Battle of Wits.
Omnibus Asian Three-Fold Mirror tahap ke-2 ini akan ditayangkan di Tokyo International Film Festival ke-31 tahun depan. (dan)