Home » Events » NICHOLAS SAPUTRA AKAN BINTANGI PROYEK OMNIBUS TIFF – JAPAN FOUNDATION, THE ASIAN THREE-FOLD MIRROR PROJECT KE-2

NICHOLAS SAPUTRA AKAN BINTANGI PROYEK OMNIBUS TIFF – JAPAN FOUNDATION, THE ASIAN THREE-FOLD MIRROR PROJECT KE-2

©2018 tiff-jp.net

Kolaborasi perdana Tokyo International Film Festival (TIFF) dengan The Japan Foundation Asia Center di tahun 2014 membawa festival film internasional itu, satu yang terbesar sekaligus paling dikenal di Asia, bertujuan mengeksplorasi lebih luas hubungan internalnya dengan negara-negara Asia Tenggara lewat pertukaran proyek dan kolaborasi budaya. Program kerjasama ini jelas punya keuntungan dua arah, baik bagi sinema Jepang untuk memperluas pengenalan terhadap talenta-talenta mereka sekaligus membawa kesempatan negara-negara Asia terutama ASEAN terhadap karya-karya kolaborasi untuk mendukung festival yang biasanya diadakan setiap akhir Oktober secara tahunan.

The Asian Three-Fold Mirror Project, nama yang mereka pilih untuk proyek kolaborasi yang merefleksikan budaya dan gambaran sosial tiap negara pembuatnya ini sudah dimulai di tahun 2016 dengan omnibus berjudul Reflections. Membawa tiga sutradara dari Jepang, Filipina dan Kamboja, salah satu segmennya, Pigeon karya Isao Yukisada juga membawa talenta-talenta Malaysia seperti Sharifah Amani.

Proyek omnibus kedua The Asian Three-Fold Mirror Project akan berlanjut di tahun ini untuk ditayangkan secara world premiere di penyelenggaraan TIFF ke-31 25 Oktober hingga 3 November nanti. Kembali diisi tiga sutradara lintas negara, Daishi Matsunaga (Jepang), Degena Yun (China) dan Edwin dari Indonesia, formatnya akan berbeda dari Reflections yang mengusung tema Living Together in Asia.

Dalam konferensi pers yang digelar tanggal 20 Maret lalu, TIFF dan Japan Foundation mengumumkan berita menarik bahwa aktor kita, Nicholas Saputra, akan berperan dalam ketiga segmen omnibus yang judulnya masih akan diumumkan belakangan.

Sebagai salah satu aktor terdepan di sinema Indonesia, Nicholas Saputra langsung melejit lewat debutnya di Ada Apa dengan Cinta? di tahun 2002, salah satu film monumental dalam gerakan bangkitnya film Indonesia dari mati suri di medio ‘90an. Setelah itu ia beberapa kali berkolaborasi dengan sutradara Riri Riza dalam Gie (2006, official entry Indonesia untuk Academy Awards di tahun yang sama) dan sekuel Ada Apa dengan Cinta? 2 yang dirilis tahun lalu dengan sambutan box office 3.664.960 penonton melampaui film pertamanya di total 2.700.000 penonton. Ia juga sudah pernah berkolaborasi dengan Edwin dalam Postcards from the Zoo/Kebun Binatang yang ikut berkompetisi di Berlinale 2012.

Dalam press release resminya, Nicholas berkomentar bahwa ia merasa sangat terhormat bisa terlibat dalam proyek Asian Three-Fold Mirror kedua ini. Menurutnya, berada dalam sebuah produksi dengan banyak sutradara sekaligus lawan main dan kru lintas negara merupakan sebuah pengalaman yang sangat menarik.

©2018 tiff-jp.net

Selain Edwin yang sudah sangat dikenal ke dunia internasional termasuk lewat karya terakhirnya, Posesif (2017) yang bisa mendobrak pasar komersil, Daishi Matsunaga merupakan sutradara yang memulai debutnya sebagai aktor dan sutradara TV, iklan dan videoklip sebelum akhirnya memperoleh sorotan luas lewat dokumenter Pyuupiru (2011) dan feature pertamanya, Pieta in the Toilet (2015). Karya terakhirnya, Ototoki yang dirilis tahun 2017 merupakan dokumenter tentang band rock Jepang The Yellow Monkey, yang juga ditayangkan di TIFF ke-30 dan Busan International Film Festival ke-22 tahun lalu.

Sementara Degena Yun, sutradara China kelahiran Mongolia tahun 1984, merupakan sutradara wanita lepasan Beijing Film Academy yang memulai debutnya lewat Latitude 52 (2012, meraih nominasi di Montreal World Film Festival) dan tahun 2015 memenangkan The Spirit of Asia Award dari Japan Foundation di TIFF ke-28 lewat karya keduanya, A Simple Goodbye (2015).

The Asian Three-Fold Mirror Project edisi kedua ini akan diproduseri oleh produser veteran Jepang kelahiran tahun 1943, Satoru Iseki, yang ikut memproduseri Merry Christmas, Mr. Lawrence (1984, Nagisa Oshima) dan mahakarya Akira Kurosawa, Ran (1985). Iseki juga mendirikan Nippon Film Development and Finance di tahun 1991, badan co-finance yang ikut mendanai film-film internasional seperti Naked Lunch (1992, David Cronenberg), Howard’s End (1992, James Ivory), Smoke (1995, Wayne Wang), The Emperor and the Assassin (1998, Chen Kaige), The World’s Fastest Indian (2005, Roger Donaldson) dan film laga sejarah Andy Lau, A Battle of Wits (2006, Jacob Cheung) yang merupakan adaptasi novel sejarah Jepang, Bokko, karya Ken’ichi Sakemi dan manga berjudul sama dari Hideki Mori. (dan)