Home » Dan at The Movies » AVENGERS: INFINITY WAR (2018)

AVENGERS: INFINITY WAR (2018)

AVENGERS: INFINITY WAR: MARVEL’S MASSIVE JUGGERNAUT FIRST HALF-FINALE

Sutradara: Anthony Russo & Joe Russo

Produksi: Marvel Studios, Walt Disney Studios Motion Pictures, 2018

Image: impawards.com

10 tahun setelah Iron Man (2008), melewati total 18 film dalam tiga fase di semesta layar lebar Marvel yang mereka sebut Marvel Cinematic Universe (MCU), presiden – produser Marvel Studios Kevin Feige sudah membuktikan visinya menggagas tiap instalmen solo superhero-nya dengan referensi subgenre berbeda, hampir tak pernah meleset membawa Marvel memegang status pemain terbesar di genrenya.

Meski masih terus akan berlanjut ke fase-fase berikutnya, Avengers: Infinity War yang awalnya direncanakan dibagi menjadi dua bagian namun diberitakan berubah konsep di 2016; agaknya memang seakan menjadi series finale dalam perjalanan panjang tiga fase pertama tadi. Semua hint dan karakter dalam instalmen-instalmen solo-nya akan dipertemukan dalam sebuah final battle melawan Thanos di balik perburuan Infinity Stones yang sudah dibangun sejak awal, walau menjelang rilisnya belum ada kabar berita jelas tentang keikutsertaan Hawkeye dan Ant-Man. Yang jelas, ini adalah pembuktian bahwa permainan subgenre-bending dalam kekuatan konsep Feige akan membentuk fusi yang solid saat dibenturkan di racikan finalnya.

2 tahun setelah perseteruan The Avengers di Captain America: Civil War, serangan Thanos (Josh Brolin) meluluhlantakkan Asgard dalam pencarian Infinity Stones demi mewujudkan niatnya membentuk dunia baru lewat penghancuran membawa Bruce Banner/Hulk (Mark Ruffalo) kembali ke bumi dan bergabung bersama Doctor Strange (Benedict Cumberbatch) untuk meminta bantuan The Avengers. Tony Stark/Iron Man (Robert Downey, Jr.) yang awalnya menolak menghubungi Steve Rogers/Captain America (Chris Evans) akhirnya terjebak di pesawat Thanos bersama Peter Parker/Spider-Man (Tom Holland) saat algojo-algojo Thanos keburu menyerang bumi, selagi Banner dan Strange bergabung bersama Rogers, Natasha Romanoff/Black Widow (Scarlett Johansson), Rhodey/War Machine (Don Cheadle), Sam Wilson/Falcon (Anthony Mackie) untuk menyelamatkan Wanda Maximoff/Scarlet Witch (Elizabeth Wilson) dan Vision (Paul Bettany) yang memegang kunci ke Infinity Stones terakhir yang diincar Thanos, lantas bergerak ke Wakanda untuk membantu T’Challa/Black Panther (Chadwick Boseman) mempertahankan kerajaannya.

Sementara Thor (Chris Hemsworth) yang terluka parah sejak serangan di Asgard diselamatkan oleh Peter Quill/Star Lord (Chris Pratt) dan rekan-rekan Guardians of the Galaxy; Drax (Dave Bautista), Rocket Raccoon (Bradley Cooper), Groot (Vin Diesel) plus Mantis (Pom Klementieff) di balik rahasia yang disimpan Gamora (Zoe Saldana) terhadap Thanos yang selama ini menjadi ayah angkatnya. Bersama Rocket dan Groot, Thor kemudian memisahkan diri bertolak ke Nidavellir, planet para kurcaci untuk mendapatkan senjata pamungkas yang dipercaya bisa mengalahkan Thanos. Namun Thanos dan algojo-algojonya ternyata tak semudah itu bisa ditaklukkan.

Proyek ambisius yang memang punya konsep jempolan dari Feige itu untungnya menemukan talenta yang tepat pada sutradara The Russo Brothers dari Captain America: The Winter Soldier dan Civil War serta duo penulis Christopher MarkusStephen McFreely yang masuk ke MCU sejak Captain America: The First Avenger. Di tangan mereka, lebih dari 20 karakter plus masih ada Bucky (Sebastian Stan), Nebula (Karen Gillan), Wong (Benedict Wong), Heimdall (Idris Elba), Loki (Tom Hiddleston), Okoye (Danai Gurira) – Shuri (Letitia Wright) – M’baku (Winston Duke) dari Wakanda, juga Pepper Potts (Gwyneth Paltrow), The Collector (Benicio Del Toro), Thaddeus Ross (William Hurt) dan salah satu karakter kunci yang diperankan Peter Dinklage, semuanya tak dipasang sekedar numpang lewat namun masing-masing tetap diserahi arcs yang kuat dengan punchlines buat bergantian mencuri layar dari penonton dan fans mereka masing-masing.

Begitu rapinya skrip Markus dan McFreely menyambung benang merah untuk membuat mereka punya porsi seimbang di atas ansambel superhero dalam menghadapi Thanos dan begundal-begundalnya, di antaranya dua yang paling mengundang perhatian adalah Proxima Midnight (Carrie Coon) dan Corvus Glaive (Michael James Shaw).

Namun memang yang membuat Avengers: Infinity War tampil bak sebuah monster tak terkalahkan, menggilas semua pemain di genrenya bukanlah semata hanya ansambel gigantis; satu yang terbesar dalam sejarah sinema, yang dibesut Russo bersaudara dengan keseimbangan porsi tadi, termasuk Thanos yang diperankan dengan baik sekali oleh Josh Brolin menjadi supervillain yang benar-benar layak menyandang bandrol super dibanding semua villain MCU selama ini.

Mewujudkan ambisi sebesar ini, racikan elemen ala Marvel-lah yang tetap bekerja paling baik menggabungkan adegan-adegan aksi seru yang tetap menonjolkan combat fight bercampur CGI hi-tech, komedi dengan referensi kultur pop dan juggling antar karakter penuh punchlines komedik hingga ke level mengocok perut di atas batas jelas instalmen solo dan film ansambelnya, juga kali ini menaikkan stakes dramatiknya ke taraf emosional dengan belokan-belokan tak terduga hingga ke ranah yang sebenarnya paling pantang ada di genre-nya – salah satu jualan terbesar Infinity War sejak awal atas keberanian mereka menamatkan riwayat sebagian karakter superhero-nya tanpa tanggung-tanggung.

Walau sebagian ada di skup yang sangat terbaca sebagai tricky twist terbesarnya hingga ke hanya satu after credits scene yang menampilkan dua lagi karakter penting plus sebuah hint yang pasti membuat penonton yang menangkap maksudnya benar-benar tereksitasi, bahwa Infinity War hanyalah sebuah first-half finale yang disamarkan buat menghindari backlash film-film pamungkas yang dibagi dalam dua bagian, permainan racikan itu bergerak dengan solid saling menguatkan masing-masing elemen tanpa menenggelamkan salah satu maupun mengganggu pace-nya. Jangan lupa juga scoring Alan Silvestri dan main theme Black Panther dari Ludwig Göransson yang kembali membawa kita ke grandeur scene Wakanda dan elemen-elemennya.

Apa yang mereka lakukan kali ini, selain membayar semua ambisi itu dengan sukses, memang ada di ranah yang tak pernah terbayangkan bakal muncul di MCU, juga menyentuh pencapaian yang belum pernah ada di film adaptasi komik superhero lainnya; membuat kita sebagai penontonnya merasa begitu gregetan menunggu nasib karakter favorit kita, berkali-kali merasa gentar terhadap Thanos, namun di tengah tawa lepas terhadap lontaran canda, terpacu dengan adegan-adegan aksi sekaligus tersentuh di sematan emosinya.

Tapi ini yang paling penting, bahwa FeigeThe Russos dan seluruh tim termasuk chemistry yang bisa terbangun begitu padu di antara penuh sesaknya karakter, bisa mengalihkan elemen-elemen yang berpotensi membuat kecewa justru ke rasa tak sabar untuk menikmati sebuah wahana seru penuh tantangan yang lebih lagi di instalmen berikut yang akan menjadi bagian dari MCU fase keempat. Works in all epic scale of gigantic proportions, Avengers: Infinity War is a Marvel’s total, massive juggernaut! (dan)