Home » Dan at The Movies » TERLALU TAMPAN (2019)

TERLALU TAMPAN (2019)

TERLALU TAMPAN: A FUN, HIP AND STYLISH INDONESIA’S FIRST WEBTOON ADAPTATION

Sutradara: Sabrina Rochelle Kalangie

Produksi: Visinema Pictures, Kaskus Networks, 2019

Adalah hal yang baik bagi industri film kita dengan adanya usaha-usaha dari sejumlah PH mengeksplorasi sumber-sumber baru untuk film mereka. Tak lagi hanya novel laris atau IP lama yang sekarang tengah marak, awal tahun lalu Dreadout sudah mencatat film Indonesia pertama yang diadaptasi dari video game. Terlalu Tampan, yang datang dari Visinema Pictures setelah kesuksesan besar Keluarga Cemara, kini bergerak ke Line Webtoon yang berjudul Terlalu Tampan: Diary Orang Ganteng karya Muhammad Ahmes Aviesena Helvin (Mas Okis) dan Savenia Melinda Sutrisno (SMS) sebagai film Indonesia pertama yang diadaptasi dari komik daring.

Berbeda dengan novel atau biopic, juga videogame (yang salahnya gagal diadopsi di Dreadout), pendekatan yang dilakukan Angga Dwimas Sasongko lewat tangan sutradara wanita debutan Sabrina Rochelle Kalangie untuk mempertahankan rasa dan tampilan absurd ala sumber aslinya agaknya merupakan pilihan yang tepat. Mereka tak membuang kesempatan atas bentuk sumber aslinya sebagai pionir pembuka jalan terhadap adaptasi webtoon yang premisnya saja sudah unik itu. Dan ini sudah terlihat dari publisitas awalnya berupa teaser yang cukup heboh beberapa waktu lalu.

Anak muda bernama unik; Witing Tresno Jalaran Soko Kulino alias Mas Kulin (diperankan Ari Irham) dikisahkan mendapat gen tampan dari sang ayah, lady killer bernama pak Archewe (Marcelino Lefrandt) dan ibunya, Bu Suk (Iis Dahlia) – juga tak kalah tampan dengan kumis tipisnya. Ini menurun juga ke kakaknya, Mas Okis (Tarra Budiman) yang playboy. Namun alih-alih beruntung dengan ketampanan sangat luar biasa yang berpotensi memancing histeria massa – sampai membuat lawan jenis dari segala usia bisa mimisan, Mas Kulin justru repot sehingga memilih menghabiskan hampir seluruh waktunya di rumah. Karena khawatir, keluarganya pun merancang rencana mengirimkan Mas Kulin ke sekolah umum khusus pria, Horridson, di semester akhir SMU-nya. Tanpa bisa menolak, walau sempat dihebohkan dengan proposal prom nite ke SMU khusus wanita BBM yang mempertemukan Mas Kulin dengan siswi ‘terlalu cantik’, Amanda (diperankan dengan sangat menarik oleh Nikita Willy), ia mulai menikmati kehidupan barunya lewat persahabatan dengan Kibo (Calvin Jeremy) dan Rere (Rachel Amanda) tanpa menyadari ada bom yang sewaktu-waktu bisa meledak di antara hubungan mereka.

Punya premis menarik dengan penceritaan absurd ala manga kekinian yang sangat ‘out of the box’ dari sumbernya untungnya tak menghentikan Sabrina yang menulis sendiri skripnya bersama Nurita Anandla buat mengadopsi jiwa aslinya dengan tampilan tak biasa. Dengan berani, mereka bisa membingkai humor-humor itu lepas dari gambaran sketsa acak yang seringkali jadi permasalahan utama dalam runtutan plot banyak film kita. Serasa membaca webtoon ke sebuah visual live action yang menarik dan sebagian besarnya belum pernah kita lihat di film lokal, mereka muncul dengan penerjemahan unik yang memang kerap terasa absurd tapi di saat yang sama juga tepat guna dengan kiprah Adrianto Sinaga (Wiro Sableng) di tata produksi, juga tata kostum dan rias masing-masing dari Marcelo Hizky dan Notje Tatipata. Tanpa pula bisa dilupakan dalam penerjemahan gaya tutur ini, ada Keliek Wicaksono di efek visual dan Hendra Adhi Susanto, editor muda yang lagi-lagi membuktikan kepiawaiannya setelah Love for Sale dan Keluarga Cemara.

Tak hanya dalam comedic timing, sempalan hati dalam drama remaja dan keluarga yang tak harus berlebay-lebay pun muncul sangat mencair bergantian dengan potensi gelak tawa yang dihadirkannya. Dan ini tercapai juga di atas sebuah keberanian mereka melakukan ‘mix and match’ dalam konsep penokohan tak terduga. Ari Irham, DJ dan aktor sinetron muda yang sebelumnya sudah pernah tampil di beberapa film Indonesia kini mendapat kesempatan tepat sesuai tampilan fisiknya yang dipoles sangat ke-Asia-Asia-an bak drama Jepang atau Korea, tapi yang paling menarik memang menempatkan Nikita Willy sebagai Amanda, menjajal kemampuan akting penyanyi muda Calvin Jeremy bahkan dengan sangat percaya diri mengembalikan karir Rachel Amanda (I Love You, Om), aktris muda yang sebenarnya sudah sejak lama memulai debutnya di film kita namun sempat absen beberapa waktu.

Seakan masih belum cukup, penempatan Marcelino Lefrandt dan khususnya Iis Dahlia sebagai pak Archewe dan Bu Suk pun terasa sangat menyegarkan, sementara Tarra Budiman sebagai Mas Okis mungkin jadi peran layar lebarnya yang paling pas hingga saat ini. Bersama-sama, deretan nama di departemen pemeranan ini membentuk interkoneksi erat mengelilingi Ari, Calvin dan Rachel di titik intinya, membawa candaan serba absurd di Terlalu Tampan tetap bisa beralih dengan halus, hangat sekaligus manusiawi menuju pengujung alurnya. Tampil sepenuhnya dengan pencapaian berbeda di kotak film remaja kita, ini lagi-lagi menjadi signature Visinema bukan saja dalam menggamit talenta-talenta baru serta ‘out of the box’ di deretan kru dan pemerannya, tapi juga menggarisbawahi sebuah catatan penting tentang eksplorasi tema dan genre film kita. (dan)