Home » Interview » “SAYA SUKA PENYALIN CAHAYA” – WAWANCARA DENGAN AKTOR SHOGEN, PEMERAN UTAMA GENSAN PUNCH DI TOKYO INTERNATIONAL FILM FESTIVAL KE-34

“SAYA SUKA PENYALIN CAHAYA” – WAWANCARA DENGAN AKTOR SHOGEN, PEMERAN UTAMA GENSAN PUNCH DI TOKYO INTERNATIONAL FILM FESTIVAL KE-34

©2021 TIFF

“Ketika saya memulai karir akting, respon yang sering saya hadapi adalah saya dikatakan tidak terlihat cukup Jepang untuk menjadi aktor Jepang di industri film Jepang”. Ini yang kerap disebutkan Shogen dalam sejumlah wawancara media terhadapnya. Sekilas,memang tak begitu mudah mengenali Shogen sebagai seorang aktor Jepang karena look blasteran-nya. Namun, aktor kelahiran Okinawa 43 tahun lalu ini tak pernah berhenti mencoba meniti karirnya hingga sekarang menjadi salah satu aktor up-and-coming yang bukan saja berkarir hanya di film Jepang, tapi juga film-film Asia lain dari Filipina hingga Hong Kong (di film HK box office tahun ini, DETECTIVE CHINATOWN 3). Ia juga muncul di film Jepang-Singapura-Prancis karya sutradara Singapura Eric Khoo, RAMEN TEH/RAMEN SHOP, yang ditayangkan di TIFF 2018.

Dalam GENSAN PUNCH, film produksi bersama Jepang dan Filipina, disutradarai sineas kondang Filipina Brillante Ma Mendoza yang menjadi salah satu sorotan spesial di Tokyo International Film Festival (TIFF) ke-34 tahun ini – setelah sebelumnya berkompetisi  dan memenangkan penghargaan Kim Jiseok di Busan International Film Festival, serta sebentar lagi bakal dirilis secara internasional di kanal HBO, Shogen juga sekaligus menjadi inisiator dan co-producer. Gensan Punch adalah sebuah film yang diinspirasi oleh kehidupan dan karir petinju Jepang, Naozumi Tsuchiyama, yang mesti bertarung dengan disabilitas dengan kondisi kaki palsu-nya.

Hadir mempresentasikan film ini di TIFF, Shogen menyempatkan untuk diwawancarai sejumlah media, berbicara soal karir, tempat asal, harapan hingga proyek-proyek terbarunya. Sosok dan presence-nya yang sangat ramah dan bersahabat membuat kita tak sulit memprediksikan kalau langkah Shogen menuju puncak popularitasnya hanya tinggal soal waktu dan pilihan proyek yang tepat. Namun yang jelas, ia memang sangat mencintai karirnya sebagai seorang aktor.

Berikut adalah kutipan wawancaranya.

©2021 GENSAN PUNCH Production Committee

Saya dengar Anda-lah yang pertama kali punya ide untuk mengangkat kisah Nao Tsuchiyama ke layar lebar dalam GENSAN PUNCH, untuk kemudian menginisiasinya bersama Brillante Ma Mendoza dan produser Anda. Apa yang membuat Anda datang/tertarik dengan ide ini dan mengubah asal karakternya dari Nagasaki menjadi Okinawa, daerah asal Anda sendiri?

GENSAN PUNCH sebenarnya bukanlah secara murni merupakan sebuah biopic, tetapi lebih merupakan film yang diinspirasi dari kisah nyata Nao, soal seorang petinju Jepang yang berjuang di tengah disabilitasnya tanpa sebelah kaki dan menggunakan prostetik. Benar saya yang pertama menginisiasi idenya karena saya sangat tertarik dengan kisah hidup dan perjuangannya. Saya melihat adanya kesamaan di antara kami sebagai seorang manusia yang tak kenal menyerah dalam mengejar karirnya. Ide ini saya sampaikan pertama kali ke Eric Khoo, sutradara saya di film Ramen Shop. Setelah mendengar usulan proyeknya, Eric yang mengusulkan kalau Brillante Mendoza adalah sutradara yang tepat untuk proyek ini. Saya lantas berangkat ke Busan dan menemui Brillante di acara Filipino Nite yang digelar di sana, dan memulai pembicaraan ini. Kemudian, ia menjadi juri di TIFF dan kami bertemu lagi di Jepang. Saya terus berusaha meyakinkan dia dan lantas juga ke Filipina untuk proses lebih lanjut, hingga akhirnya ia bersedia. Dari sana kami mulai membicarakan pendekatan dan sudut pandangnya, dan bersama Brillante, kami setuju untuk menggabungkan kisah hidup Nao dan saya yang punya sejumlah kesamaan. Kami juga mulai membangun rasa percaya satu sama lain, dan saya sejak awal sangat mempercayai Brillante. Karena itu juga, asal karakter yang diangkat berdasarkan kisah asli Nao, kami pindahkan ke Okinawa. Saya selalu ingin memperkenalkan Okinawa lebih lagi ke dunia karena Okinawa adalah tempat asal saya, dan sebenarnya orang-orangnya tergolong minoritas di Jepang. Saya bangga sebagai bagian dari Okinawa dan ini identitas saya.

Saya percaya soal dirasa ‘kurang Jepang’ justru memberikan keuntungan bagi Anda untuk bisa tampil di produksi-produksi Asia lain hingga internasional. Bagaimana rasanya menjadi seorang aktor yang berpindah-pindah negara selama karir Anda? Apakah Anda merasa mengalami masalah untuk bisa beradaptasi dengan cara-cara produksi filmnya yang sedikit banyak juga punya perbedaan?

Sejujurnya, sebelum saya memutuskan untuk mulai mengejar karir sebagai aktor, saya adalah seorang backpacker. Saya sudah mengunjungi lebih dari 50 negara sebagai backpacker. Jadi saya justru sangat menikmati perubahan dan adaptasi-adaptasi ini. Selagi di Jepang dan Hong Kong produksinya seringnya sangat ketat dan fokus, dengan Brillante di Filipina saya mendapatkan pengalaman baru yang lebih santai dan relaks. Meski tetap serius, kami sangat menikmati kedekatan di lokasi, bercanda, tertawa dan semua momen-momen ketika syuting. Seperti yang mungkin sudah Anda dengar, style Brillante sangat berbeda. Ia tak memberi kami, aktornya, skrip seperti sutradara yang lain. Ia selalu ingin filmnya berjalan dengan spontan, realistis. Karena saya sangat percaya padanya, saya mencoba menyesuaikan diri dengan arahan-arahan darinya. Di satu sisi ini sangat simpel, di sisi lain, sangat berbeda. Tapi ya, saya menikmatinya.

Nah, itu yang ingin saya tanyakan. Bisa ceritakan lebih detail lagi seperti apa ini rasanya ‘menyesuaikan’ diri dengan metode tak biasa dari seorang Brillante Mendoza?

(Tertawa) Metodenya memang spesial. Sebelum syuting, dia membawa saya ke Manila dan menyiapkan peran kecil ke saya dalam PAYBACK/RESPAK (Film gangster jalanan Filipina Brillante Mendoza yang masuk ke kompetisi tahun ini di TIFF) untuk bisa beradaptasi dengan metode syutingnya. Apakah Anda mengenali saya di sana?

Wah, saya harus menontonnya ulang, mungkin. Tapi saya melihat Anda juga di salah satu film yang ditayangkan di segmen Nippon Cinema Now di TIFF tahun ini, di film Spaghetti Code Love.

Saya berperan sebagai salah satu anggota gang di adegan motor, di peran yang sangat kecil. Tapi ini sangat spesial karena sebelum GENSAN PUNCH inilah sebenarnya film Filipina saya yang pertama. Saya sebenarnya tak mengatakan ini mudah karena karakter saya juga punya kompleksitas yang besar walaupun arahan-arahan dan kepercayaan yang diberikan Brillante dan kru-nya ke saya juga cukup besar. Walau kami tidak punya sesi latihan dan reading, kecuali berlatih secara fisik untuk memerankan Nao yang petinju, ia selalu mengarahkan apa yang harus saya lakukan. Jadi ya, saya menganggap ini sebagai suatu idealisme yang berbeda dan saya sangat, sangat menghargai metodenya sebagai sebuah pengalaman yang benar-benar baru buat saya.

Bagian mana yang paling berkesan?

Mungkin bagian paling berkesan adalah scene saya dengan karakter ayah/pelatih saya di sana. Saya merasakan hal yang sama seperti bagaimana saya menghadapai ayah saya. Menerjemahkan hubungan ayah dan anak di saat syuting adalah tantangan besar buat saya karena ini seperti merefleksikan hubungan saya dan ayah.

Anda juga melakukan adegan tinju di atas ring sendiri, kabarnya?

Benar. Saya melakukan semua adegan bertinju di atas ring sendiri tanpa stuntman dan kami benar-benar bertinju sesuai dengan arahan Brillante. Ada koreografi tapi kebanyakan dilakukan secara natural dan Brillante ingin adegan-adegan bertinju ini benar-benar realistik. Saya sangat bersemangat saat audiens dan extras mulai berteriak dan bereaksi, dan saya jadi mengerti apa yang dirasakan seorang petinju ketika naik ke atas ring dan bertarung.

Tapi ada workshop tertentu-kah yang berkaitan dengan teknik tinju atau yang lain?

Ya, selain berlatih secara fisik, tentunya. Masalahnya saya tidak punya skrip dan tak bisa benar-benar menyiapkan diri (tertawa), tapi saya menanyakan dan berdiskusi secara intensif dengan Nao, dan satu lagi adalah soal kaki prostetik. Saya mendatangi 2 orang pengguna kaki prostetik dan melakukan riset sendiri bagaimana gestur yang tepat saay menggunakan kaki prostetik baik dalam berjalan, berhenti, menaiki atau menuruni tangga dan sebagainya. Agak sulit memang pada awalnya untuk bisa bergerak bahkan bertinju dengan kaki prostetik apalagi pergerakannya sangat sulit karena saya membungkus kaki saya dengan gips dan meletakkan sesuatu seperti hak sepatu di bagian telapak kaki agar lebih mudah untuk bergerak.

Adakah rasanya perbedaan melihat penayangan GENSAN PUNCH di TIFF dan di Busan? Soal kedekatan personal, mungkin?

Premiere pertama kami adalah di Busan. Ini tentu luar biasa karena Busan juga merupakan festival yang sangat besar, apalagi kami memenangkan penghargaan. Tapi TIFF, di Jepang, ini jelas lebih personal karena keluarga saya, teman-teman saya, semua duduk bersama. Ada ibu saya yang duduk di samping saya, juga Nao di sisi sebelahnya. Tapi yang jelas, sulit untuk menyembunyikan emosi melihat reaksi audiens yang menyukai film kita, di mana pun itu. Ini tak bisa dijelaskan dengan kata-kata, terutama karena GENSAN PUNCH bukan film yang saya sekadar hanya berakting di dalamnya.

©2021 TIFF

Selain bermain di film-film lintas negara dan film-film co-production antar negara, peran-peran Anda juga sangat beragam. Saat Anda sudah merambah porsi pemeran utama atau porsi peran supporting yang cukup besar, Anda masih bersedia main di peran-peran kecil; selain di Payback juga di Spaghetti Code Love. Apa faktor terpenting bagi Anda untuk memilih proyek?

Rasanya tidak ada patokan spesial. Yang saya lakukan hanya membaca skripnya. Kalau saya suka, besar atau kecil peran itu, saya akan dengan senang hati melakukannya.

Apakah ada peran yang sangat ingin Anda mainkan namun belum kesampaian?

Saya ingin sekali berperan sebagai seorang ayah dalam film drama keluarga khususnya film-film tentang hubungan ayah dan anak. Walau saya belum mempunyai anak, ini peran yang saya impikan.

Bisa ceritakan seperti apa GENSAN PUNCH akhirnya diakuisisi oleh HBO untuk ditayangkan secara luas? Dan karena sekarang series sangat populer dan berkembang dengan adanya OTT, apakah Anda tertarik untuk merambah peran-peran di film-film serial? Maksud saya, secara berbeda dengan sebagian serial TV yang sudah pernah melibatkan Anda.

Soal HBO, jelas unbelievable. Bukan hal yang mudah dan lazim bagi seorang aktor untuk melakukan pitching ke proyeknya sendiri, paling tidak di Jepang. Berproses sejauh ini, tentu saya sangat senang akhirnya GENSAN PUNCH bisa ditayangkan secara internasional dan ini kesuksesan besar buat saya dan semua yang terlibat. Saya kira usaha-usaha berkolaborasi dalam co-production merupakan hal yang penting dan harus dibuat lebih banyak lagi. GENSAN PUNCH rencananya tetap akan ditayangkan di bioskop untuk Jepang, dan HBO akan menayangkannya secara internasional lewat OTT kecuali di Jepang. Soal OTT series, benar, saya tak terlalu banyak berperan di serial TV sebelumnya dan tentu saya sangat ingin terlibat di OTT series sejauh proyeknya sesuai dan saya sukai, juga film-film feature untuk OTT karena ini sekarang merupakan perkembangan industri film yang mau tak mau harus kita hadapi.

Boleh cerita sedikit soal proyek mendatang Anda, dan apakah satu waktu nanti tertarik untuk bermain di film Indonesia?

Saya punya beberapa proyek mendatang, dan salah satunya adalah film yang disutradarai oleh sutradara India di Jepang, juga ada satu lagi, proyek cukup besar yang belum bisa saya paparkan. Bermain di film Indonesia, tentu saja. Saya menonton beberapa film Indonesia termasuk satu yang berjudul PENYALIN CAHAYA/THE PHOTOCOPIER di Busan kemarin. Saya sangat suka filmnya dan saya pikir Wregas (Bhanuteja) dalah sutradara yang sangat berbakat. Saya harap satu waktu nanti saya bisa bekerjasama dengannya. Kalau bisa, tolong titipkan salam saya buat dia (tertawa).

Sure, kami akan sampaikan salamnya. Oke, pertanyaan terakhir, siapa yang pada akhirnya datang dan memilih judul GENSAN PUNCH untuk proyeknya?

Brillante Mendoza. GENSAN PUNCH adalah nama boxing gym di filmnya, yang bersetting di Gensan Quarter, General Santos City di Filipina tempat Nao berlatih. Ini juga gymnasium yang menjadi tempat pencetak atlet dan petinju Filipina seperti Manny Pacquiao. Kami sebenarnya beberapa opsi judul lain, tapi saya rasa GENSAN PUNCH adalah judul yang sangat bagus.

Setuju. Terima kasih buat obrolannya, dan sukses buat GENSAN PUNCH!