
Macau, 5 Desember 2019 – International Film Festival & Awards Macao (IFFAM) 2019 dibuka dengan penayangan film prestisius karya sutradara Taika Waititi (Thor: Ragnarok), Jojo Rabbit. Ditayangkan setelah seremoni pembukaan seusai gelaran karpet merah pembuka di Macao Cultural Center yang dihadiri selebriti internasional – termasuk Dian Sastrowardoyo yang tahun ini menjabat salah satu juri kompetisi internasional hingga idola Korea Kim Joon-myeon yang lebih dikenal dengan nama Suho dari boyband Exo, Jojo Rabbit yang turut dibintangi Scarlett Johansson dan Waititi sendiri memerankan versi komikal Hitler, adalah sebuah satir komedi hitam dengan tema sensitif namun menyentuh lewat kacamata kisah pertumbuhan seorang anak (diperankan Roman Griffin Davis) di tengah kemelut PDII.
Di siang harinya, sebelum upacara tradisional dilaksanakan di tengah kerumunan media internasional dan penonton, IFFAM juga menggelar sejumlah konferensi pers juri Kompetisi Internasional dan sub-kompetisi New Chinese Cinema. Masih berusia sangat muda di edisi ke-4-nya, konferensi pers juri Kompetisi Internasional itu langsung dipandu oleh Artistic Director IFFAM, Mike Goodridge di tahun ketiganya menanggungjawabi program festival ini.

Dihadiri langsung oleh ke-5 juri kompetisi utama; sutradara HK Peter Chan Ho-sun, produser Ellen Eliasoph, sineas kelahiran Myanmar Midi Z, aktor Tom Cullen dan Dian Sastro, mereka membahas tantangan menjadi juri untuk memilih film-film terbaik di tengah keberadaan IFFAM sebagai media utama untuk pertukaran kultur sinema bersama pesatnya perkembangan pasar Cina untuk beragam jenis film; dari blockbuster Hollywood hingga destinasi distribusi film-film Asia lain termasuk India bahkan film-film arthouse yang berhasil menemukan pangsa pemirsa lebih besar – di antaranya tiga nominee film asing terbaik Oscar tahun lalu – Capernaum karya Nadine Labacki, drama Jepang Shoplifters dari Hirokazu Kore-eda yang tahun ini juga menjadi sorotan lewat film internasional pertama dan terbarunya – The Truth serta Roma karya Alfonso Cuaron.
Dalam konferensi pers itu, selain berbicara masalah perkembangan industri Cina yang dipelopori Ellen Eliasoph saat menjabat eksekutif Warner Bros di Beijing serta perjalanan karir masing-masing juri termasuk kiprah Dian Sastro sebagai produser di film terbarunya yang akan dirilis tahun depan, Guru-Guru Gokil, Goodridge bersama Peter Chan selaku ketua juri juga membahas kepentingan IFFAM membawa sejarah sinema Macau sebagai bagian dari industri besarnya, berikut segmen klasik – retrospektif yang di tahun ini membawa film-film Asia klasik dari Tokyo Story karya Yasujiro Ozu dan Flowers of Shanghai, film arthouse karya sutradara Hou Hsiao-hsien tahun 1998 yang dibintangi Tony Leung dalam versi restorasi terbaru.
Di sisi lain, Goodridge dalam kesempatan terpisah juga menjelaskan nilai penting segmen kompetisi New Chinese Cinema yang kali ini diekspansi secara spesial dalam rangka memperkenalkan sekaligus menggagas pertukaran kultur sinema independen (berbahasa) Cina lebih luas ke dunia internasional.

Juri segmen ini yang hadir dalam konferensi pers terpisah – Cristian Mungiu, sineas kelahiran Romania yang memenangkan Palme d’Or Cannes 2007 lewat 4 Months, 3 Weeks and 2 Days, Noah Cowan – co-director Toronto International Film Festival, Qiu Yang, sineas muda Cina yang juga memenangkan Palme d’Or untuk film pendek keduanya, A Gentle Night di Cannes 2017, sineas independen Kirsten Tan dari Singapura – juga pemenang banyak piala internasional termasuk Sundance serta Tricia Turtle, director BFI Festivals, akan menilai 7 film berbahasa Cina unggulan; Better Days karya sutradara Derek Tsang, Over the Sea karya sutradara Sun Aoqian, Wisdom Tooth karya sutradara Liang Ming, Lucky Grandma karya sutradara Sasie Sealy, Dwelling in the Fuchun Mountains karya sutradara Gu Xiaogang, To Live to Sing karya sutradara Johnny Ma dan Wet Season, film Singapura dari sutradara Anthony Chen yang juga bersaing di JAFF (Jogja Netpac Asian Film Festival) bulan lalu.
Selain tetap menginisiasi talenta-talenta baru industri lewat project market dan sub-kompetisi film pendek dari dewan juri terpisah, Goodridge juga menyebutkan fokus spesial IFFAM tahun ini yang jatuh bersamaan dengan peringatan ke-20 tahun penyerahan Macau ke Cina oleh Portugis. Karena itu pula, selain menggagas segmen spesial film-film yang diproduksi di Macau, secara keseluruhan – dengan keberadaan Macau sebagai daerah administratif khusus sekaligus salah satu pintu bisnis dan keunikan regionalnya, IFFAM dimaksudkan menjadi media utama dalam merefleksikan perkembangan industri film Cina bersama eksistensinya sebagai salah satu destinasi terbesar kultur sinema dewasa ini.
Masih akan diramaikan oleh banyak lagi nama-nama internasional dari Juliette Binoche dan Carina Lau sebagai Talent Ambassador mendampingi Suho bersama Festival Ambassador, sineas Korea ternama Kim Yong-hwa, juga aktris Lily James (Cinderella) yang akan memandu sesi Masterclass tahun ini, sementara dari Indonesia ada film Mudik karya Adriyanto Dewo yang dibintangi Putri Ayudya dan Asmara Abigail – juga salah satu penerima penghargaan khusus talenta baru sinema Asia tahun ini, IFFAM 2019 akan berlangsung hingga 10 Desember mendatang di situs-situs budaya dan historis Macau. (Daniel Irawan)