Home » Interview » WAWANCARA EKSKLUSIF DENGAN HIROSHI FUJIOKA, PEMERAN KAMEN RIDER PERTAMA DI TOKYO INTERNATIONAL FILM FESTIVAL KE-34

WAWANCARA EKSKLUSIF DENGAN HIROSHI FUJIOKA, PEMERAN KAMEN RIDER PERTAMA DI TOKYO INTERNATIONAL FILM FESTIVAL KE-34

©2021 TIFF

Di edisi ke-34-nya tahun ini, Tokyo International Film Festival (TIFF) turut merayakan ulang tahun ke-50 serial tokusatsu legendaris Jepang dalam segmen Japanese Animation: Celebrating Kamen Rider: Past & Future. Segmen yang menayangkan sejumlah film-film dan episode Kamen Rider klasik antara lain  MASKED RIDER VS. SHOCKER (1972), MASKED RIDER VS. THE AMBASSADOR FROM HELL (1972) dan MASKED RIDER V3 VS. DESTRON (1972) juga disertai Talk Show yang dihadiri langsung oleh aktor veteran pemain Kamen Rider pertama/Kamen Rider 1, HIROSHI FUJIOKA. 

Masih berkarir secara konsisten hingga sekarang termasuk di sejumlah instalmen terakhir Kamen Rider hingga beberapa proyek mendatang dalam perayaan 50 tahunnya, Hiroshi Fujioka sudah menjadi seorang legenda hidup bersama tokusatsu sendiri sebagai salah satu ikon budaya hiburan Jepang terbesar selain film, manga dan anime. Hadir di TIFF tahun ini untuk menyapa para penggemarnya secara langsung, kami menyempatkan untuk mewawancarai Hiroshi walaupun secara virtual dikarenakan situasi pandemi yang belum memungkinkan keseluruhan sesi dilakukan secara fisik, mengulik kisah dan sejarah penting dalam karirnya, juga visi dan pandangannya terhadap masa depan tokusatsu Jepang serta pastinya, KAMEN RIDER. 

Menilik jawaban-jawaban dari Hiroshi, ada kesimpulan menarik yang membuktikan apa yang kita baca selama ini tentang dia sepenuhnya benar. Bahwa Hiroshi punya sebuah prinsip unik, selalu menulis namanya dengan ‘ideographic comma’ di belakang nama depannya (setelah huruf kanji dari ‘Hiroshi’ (弘), yang diartikannya sebagai pengingat untuk selalu menilai ulang dirinya dan apa yang masih perlu ia capai. “Ini menunjukkan kalau tujuan saya masih belum sepenuhnya tercapai dan masih harus dilanjutkan untuk pencapaian yang lebih baik lagi”, katanya dalam banyak artikel.

Berikut adalah kutipan dari wawancaranya:

Anda bukan saja seorang bintang, tapi juga ‘Tokusatsu Phenomenon’ bahkan seperti kita semua tahu, ‘Japanese Cultural Icon’. Apakah menjadi aktor adalah tujuan Anda sejak dulu?

Ya. Saya selalu merasa tertarik bahkan terinspirasi oleh film. Sejak kecil saya menyaksikan banyak film dan selain merasa terikat secara emosional, lama kelamaan ini mempengaruhi prinsip-prinsip saya untuk memiliki keberanian hidup dan mengejar mimpi. Jadi ya, film mengajarkan saya di balik begitu banyak minat yang saya miliki, cara yang akhirnya saya tempuh untuk menjalani hidup.

Anda hidup menyaksikan bagaimana Kamen Rider berevolusi ke berbagai media dan dari era ke era – Showa, Heisei ke Reiwa, juga membentuk dan membesarkan budaya tokusatsu Jepang dan segala pengaruhnya ke mata dunia sepanjang 50 tahun terakhir. Apa perbedaan signifikan yang Anda rasakan dari Kamen Rider era dulu dengan era sekarang? 

Perbedaan paling signifikan yang harus kita akui sekarang adalah teknologi yang ikut membentuk kultur baru Kamen Rider. Kemajuan teknologi di zaman serba digital ini memang memberikan banyak kenyamanan dalam pengaturan yang sudah semakin mapan dalam aspek produksi. Perkembangan dari analog ke digital, kemudahan teknologi ini memang ikut mempengaruhi keseluruhan bangunan semesta dan dunia Kamen Rider yang sudah kita ciptakan. Kuncinya kembali pada kita untuk terus mengikuti perubahan yang ada dan menyesuaikan diri selama tujuannya baik di tengah banyaknya perubahan kemanusiaan di zaman sekarang. 

Secara personal, mana yang lebih Anda sukai antara era klasik dengan sekarang? 

Begini. Saya tahu dan selalu bisa menilai potensi dan kemampuan yang saya miliki untuk memerankan sosok Kamen Rider sebagai superhero. Di era klasik dengan semua keterbatasan yang ada, kita benar-benar harus bergantung dengan kemampuan yang kita miliki untuk meyakinkan penonton bahwa kita, manusia di balik kostum superhero itu, memang mampu mengalahkan musuh-musuh yang ada di layar. Saya mungkin tak memilih salah satu, tapi yang harus selalu diingat adalah kita – sebagai manusia, punya semua potensi itu tanpa harus memikirkan teknologi. Sehebat dan semaju apapun teknologi yang ada, hal terpenting dalam semestanya adalah sisi kemanusiaan yang tidak boleh ditinggalkan. Kita punya kemampuan yang harus selalu terus diasah melalui tantangan yang kita berikan pada diri kita sendiri. Pendeknya, dalam diri kita semua ada skill dan kemampuan tak kalah dari sosok superhero yang mesti kita temukan, juga dipertahankan. 

©2021 TIFF

Jawaban yang bijak sekali. Oke, Anda masih tetap konsisten untuk terus terlibat dalam instalmen-instalmen terbaru Kamen Rider, termasuk film crossover-nya dengan Super Sentai produksi tahun ini, Saber + Zenkaiger: Super Hero Senki. Bagaimana cara Anda mengatur dan mempertahankan kondisi dan kemampuan Anda di tengah produksinya?

Semua bergantung seberapa banyak cinta yang kita berikan sepanjang perjalanan hidup kita. Kita harus terus mengasah potensi yang kita miliki dan mencapai tujuan yang lebih lagi. Ini selalu menjadi motivasi saya dalam menjalani hidup, dan saya juga selalu rajin berolah raga hingga sekarang. Namun mengolah fisik tentu bukan satu-satunya. Kita perlu punya ‘challenging spirit’ juga untuk otak. Ketika kita menantang diri kita sendiri, tubuh kita akan memberi respon, jadi ini tidak hanya dalam soal martial arts, tapi juga mengulik informasi, ilmu-ilmu baru lewat membaca dan terus bertanya. Seperti pepatah yang dikenal di Jepang, ‘If you have healthy body, you will have healthy spirit’. Jangan pernah berhenti belajar, meningkatkan batasan untuk bisa terus berkembang. 

Luar biasa, Hiroshi-san. Dari apa yang saya baca selama ini, Anda selalu mau melakukan adegan-adegan stunt sendiri walaupun cukup berbahaya. Adakah pengalaman buruk yang pernah Anda alami dalam hal ini? 

Percaya atau tidak, ada banyak kesulitan. Saya berkali-kali terluka dan berada dalam kondisi hidup dan mati, apalagi di zaman dulu saat kita tak bisa bergantung sepenuhnya pada polesan teknologi. Tetapi semuanya saya anggap sebagai pelajaran untuk memotivasi saya menjadi lebih baik lagi. Belajar dari kesalahan adalah hal yang baik dan selalu menghargai semua yang sudah kita capai. Saya sangat menikmati semua yang terjadi dalam hidup saya, baik atau buruk. 

Oke, sayang waktunya sudah berakhir. Walau sebenarnya masih banyak yang ingin saya bicarakan, satu pertanyaan terakhir; bagaimana pandangan dan harapan Anda terhadap masa depan kultur Tokusatsu dan tentunya, Kamen Rider? 

Ada banyak sekali yang sudah terjadi selama perjalanan panjang Tokusatsu dan Kamen Rider dan sudah banyak keberhasilan yang dicapai. Begitupun, untuk terus mempertahankan kulturnya kita harus terus berkembang. Saya harap semua orang-orang yang berada di dalamnya – termasuk saya, terus mencoba berkreasi dan mengekspresikan diri terhadap semua isu-isu yang ada di sekitar kita, terlebih dengan apa yang tengah terjadi sekarang. Jangan pernah menyerah dan berhenti untuk belajar. 

Terima kasih, Hiroshi-san. Bukan hanya mendapat jawaban, saya juga banyak mendapat pelajaran penting soal motivasi. Bisa ngobrol-ngobrol dengan Anda benar-benar merupakan pengalaman luar biasa. 

You’re welcome.